Palangka Raya, Habarkalimantantengah.com – Siapa sangka, minyak goreng bekas alias jelantah yang biasa dibuang begitu saja bisa mengubah nasib seseorang.
Bagi Fendi Pandiangan, yang kini lebih dikenal dengan nama Anwar Sadat, limbah dapur itu bukan sekadar kotoran sisa masak, melainkan sumber cuan sekaligus penyelamat lingkungan.
Padahal, beberapa tahun lalu, Anwar masih aktif menenteng kamera dan buku catatan, berburu berita dari satu peristiwa ke peristiwa lain.
Ia dikenal sebagai jurnalis ulet di Kota Palangka Raya. Namun, hidup berkata lain. Tuntutan ekonomi membuatnya harus mencari arah baru. Dan siapa sangka, arah itu justru datang dari minyak jelantah.
Setiap pagi, Anwar kini bukan lagi mengejar narasumber, melainkan keliling rumah makan, kafe, dan restoran di seantero kota. Tangannya bukan menggenggam alat perekam, tapi jeriken besar berisi minyak bekas.
“Jangan dibuang, sayang. Minyak itu masih berharga. Bisa jadi uang dan bantu jaga lingkungan juga,” ujarnya sambil tersenyum, Sabtu (11/10/2025).
Dengan ketekunan dan jejaring luas, ia kini mampu mengumpulkan hingga 500 liter jelantah per hari, membeli dari warga dan pelaku usaha dengan harga Rp5000 per liter. Minyak bekas itu kemudian ia kirim ke perusahaan pengolah untuk diubah menjadi biodiesel dan berbagai produk turunan ramah lingkungan.
Dari bisnis yang dulu dipandang sebelah mata ini, omzet Anwar Sadat kini menembus puluhan hingga ratusan juta rupiah per bulan. Tak hanya mengubah hidupnya, usahanya juga membuka mata banyak orang bahwa rezeki bisa datang dari hal paling tak terduga.
Dari pemburu berita menjadi pejuang lingkungan, kisah Anwar Sadat adalah bukti bahwa keberanian mengubah arah hidup bisa mengantarkan siapa pun pada kesuksesan, bahkan lewat setetes jelantah yang dulu dianggap tak berguna.(jky)